Presiden AS Donald Trump mengapresiasi kerja sama China dan Rusia dalam sanksi PBB untuk Korut. |
WASHINGTON - Gedung Putih menyambut baik kerja sama Rusia dan China dengan Amerika Serikat (AS) terkait sanksi terhadap Korea Utara (Korut). Dewan Keamanan (DK) PBB dengan suara bulat menyetujui resolusi yang memperkenalkan sanksi ekonomi baru sebagai tanggapan atas uji coba rudal balistik Pyongyang terbaru.
"Presiden menghargai kerja sama China dan Rusia dalam mengamankan jalannya resolusi ini," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
"Donald Trump akan terus bekerja sama dengan sekutu dan mitra untuk meningkatkan tekanan diplomatik dan ekonomi terhadap Korut untuk mengakhiri perilaku mengancam dan mendestabilisasi," sambung pernyataan itu disitir dari Russia Today, Senin (7/8/2017).
Rusia dan China mendukung resolusi rancangan AS yang melarang ekspor batubara, besi, bijih timah dan makanan laut dari Korut.
Moskow dan Beijing sebelumnya telah memblokir jalannya resolusi serupa, bersikeras bahwa inisiatif "pembekuan ganda" China-Rusia adalah solusi yang masuk akal untuk wilayah tersebut.
Proposal tersebut, yang ditolak oleh Washington, mengusulkan agar Korut menghentikan kegiatan rudal dan nuklir balistiknya. Sementara AS dan sekutu-sekutunya menghentikan latihan perangnya di wilayah tersebut.
Menjelang pemungutan suara, utusan Rusia, Vasily Nebenzya meminta Pyongyang untuk membatalkan program nuklir dan misilnya serta kembali ke rezim non-proliferasi.
Selain meminta dialog, utusan Rusia dan China mengulangi kebutuhan untuk membatalkan penempatan THAAD Amerika di Korea Selatan (Korsel). Kedua negara juga mendesak Seoul dan Washington untuk menghentikan latihan militer di semenanjung tersebut.
"Sanksi baru merupakan tanggapan yang diperlukan terhadap pelanggaran konstan Korut terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, dan tujuannya adalah untuk secara efektif menghalangi proses pembangunan nuklir Korut," kata menteri luar negeri China, Wang Yi.
"Sanksi diperlukan tapi bukan tujuan akhir. Tujuannya adalah untuk menarik isu nuklir semenanjung kembali ke meja perundingan, dan untuk mencari solusi akhir untuk mewujudkan denuklirisasi semenanjung dan stabilitas jangka panjang melalui negosiasi," jelas Wang.
Pada bulan Juli, Korut melakukan apa yang diklaimnya sebagai dua uji coba rudal balistik antar benua (ICBM) yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB sebelumnya. Data kementerian pertahanan Rusia, mengindikasikan bahwa kedua peluncuran tersebut adalah rudal balistik jarak menengah.
No comments